Sabtu, 17 Januari 2015

SOSIOLOGI DAKWAH



BAB I
Tinjaun Umum
Tentang Sosiologi Dakwah

A.    Sebab Muncul Sosiologi Dakwah
            Sosiologi Dakwah muncul karena dalam kehidupan manusia menunjukan bahwa masyarakat, secara terus menerus mengalami perubahan yang sangat cepat, progresif dan sering kali tampak gejala desintregratif, yakni melonggarnya kesetiaan terhadap nilai-nilai umum. Perubahan masyarakat yang sangat cepat itu menimbulkan Cultural Lag, yaitu ketertinggalan kebudayaan kerena berhadapan dengan sejumlah kendala. Cultural Lag ini merupakan sumber masalah dalam masyarakat.
Seorang da’i (pelaku dakwah) adalah manajer, informatory, konduktor dan sebagainya yang harus berperilaku seperti yang diharapkan masyarakatnya. Seorang da’I yang bertindak sebagai pendidik, pengajar, dan pembangun masyarakat diharapkan berperilaku baik dan bermoral tinggi sebagai teladan bagi masyarakt masa akan datang. Perkembangan masyarakat banyak dipengaruhi oleh factor-faktor internal dari kalangan masyarakt itu sendiri atau factor ksternal yang dianggap memiliki kewibawaan keberhasilan masyarakat  untuk mencapai kemajuan tidak hanya ditentukan oleh upaya-upaya anggota masyarakat atau interaksi antara mad’u dan da’I melainkan juga antara mad’u dengan lingkungan masyarakat dalam berbagai situasi yang dihadapi didalam atau diluar wilayah tinggal masyarakat itu.


B.     Definisi Sosiologi Dakwah
Secara etimologi, Sosiologi Dakwah terdiri dari dua kata Sosiologi dan Dakwah. Sosiologi berarti ilmu yang membahas tentang kemasyarakatan dan Dakwah berarti upaya untuk mengajak orang kepada kebaikan. Sadangkan secara etimologi, Sosiologi Dakwah adalah ilmu yang membahas tentang upaya untuk memecahkan masalah-masalah dakwah dengan pendekatan sosiologis. Yang menjadi bahasan utama adalah aspek-aspek sosiologi karena kegiatan dakwah memang terdapat aspek-aspek sosiologi karena dalam kegiatan dakwah itu terdapat hubungan dan pergaulan sosial, yakni hubungan dan pergaulan antara pelaku dakwah (da’i) dan mitra dakwah (mad”u), da’i dengan da’I, mad’u dengan mad’u. hubungan dan pergaulan sosial itu, menciptakan sebuah komunitas dekwah yang bisa tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Dengan kata lain sosiologi dakwah adalah ilmu pengetahuan yang berupaya untuk memecah masalah-masalah dakwah dengan menggunakan pendekatan dan analisis sosiologi.

C.    Eksistensi Sosiologi Dakwah
            Pemikiran dakwah merupakan bagian dari pemikiran kemasyarakatan. Sosiologi dakwah dianggap mempunyai peran stategis bagi pemikiran dakwah. Tugas dakwah menurut sosiologi adalah memelihara keharmonisan kehidupan masyarakat dan mendorong kemajuan masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan dakwah itu sendiri, yakni kemaslahatan umat atau kemajuan masyarakat. Dengan demikian sosiologi dakwah merupakan salah satu dari sosiologi khusus yang berfungsi untuk mengkaji struktur dan dinamika proses dakwah. Termasuk dalam penegtian struktur ini adalah teori dan filsafat dan filsafat dakwah, system budaya, struktur kepribadian dan hubungan kesemua itu dengan tata sosial masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan dinamika adalah proses sosial  dan cultural, proses perkembangan kepribadian, dan hubungan kesemua itu dengan proses dakwah
.
D.    Konsepsi dan Posisi Sosiologi Dakwah
            Berbagai kegiatan manusia sebagai makhluk sosial memunculkan berbagai ilmu pengetahuan. Misalnya, kegiatan manusia untuk berdakwah, yakni menyampaikan sesuatu ajaran atau mengajak kepada suatu kebaikan. Dalam kegiatan berdakwah ini manusia berusaha untuk mengetahui bagaimana proses berdakwah itu dari sisi sosial sehingga terjalin kegiatan berdakwah. Dari konteks inilah kemudian lahir sosiologi dakwah. Karena itu kelahiran sosiologi dakwah masih sangat terbatas untuk bisa diketahui oleh masyarakat luas. Baik di Indonesia atau di dunia. Dalam tahap pembahsan yang sangat dasar, perumusan sosiologi dakwah merupakan upaya perintisan untuk pertumbuhan dan perkembangan sebuah disiplin ilmu baru.

E.     Memahami dan Melaksanakan Sosiologi Dakwah
      Sosioalisasi keberagamaan merupakan bagian dari proses kegiatan dakwah dan dalam proses sosialisasi, individu belajar beragama bertatakrama dan memiliki berbagai ketrampilan sosial, seperti bertutur kata baik, bergaul, peduli terhadap orang lain menghormati kepada orang tua dn sebagainya. Semua proses sosialisasi keberagamaan berlangsung dalam interaksi individu dengan lingkungan. Seperti orang tua, saudara-saudara, para ustad, teman-teman sepermainan, informasi-informasi dari bacaan buku dan kitab, mendengarkan radio atau menonton TV, mendengarkan perbincangan orang dll. Dalam hal ini diperlukan filter untuk menyaring dan menangkal hal-hal yang tidak baik.

F.     Tujuan Sosiologi Dakwah
      Sosiologi dakwah memperhatikan pengaruh seluruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memperoleh dan mngorganisasi pengalamannya. Dengan demikian dapat dikemukakan tujuan sosiologi dakwah sebagai berikut:
1.      Sosiologi dakwah bertujuan menganalisis proses sosialisasi keberagamaan, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat
2.      Sosiologi dakwah bertujuan menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial keagamaan
3.      Sosiologi dakwah bertujuan mengalisis tingkat partisipasi orang-orang yang memiliki pengetahuan keagamaan dalam kegiatan dakwah dalam masyarakat
4.      Sosiologi dakwah bertujuan membantu menetukan tujuan dakwah
5.      Sosiologi dakwah bertujuan memberikan pelatihan-pelatihan yang efektif bagi para da’I dalam bidang sosiologi sehingga mereka benar-benar bisa melaksanakan tugas dakwah secara cepat dan tepat.

















BAB II
Hubungan Dakwah dan Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi

            Untuk memahami dan menjelaskan hubungan antara fenomena dakwah dan masyarakat dalam perspektif sosiologi perlu dikemukakan tiga teori besar sosiologi, yakni structural fungsional, interaksionisme simbolik, dan teoripertukaran ketiga teorimasing-masing memiliki tiga paradigm yang snagat popular, seperti dikemukakan George Ritzer. Ketiga teori itu adalah teori fungsionalisme yang berada dalam paradigm fakta sosial. Teori interaksionisme simbolik yang berada dalam paradigma definisi sosial dan teori pertukaran sosial dalam paradigm perilaku sosial.

A.    Perspektif Fungsionalisme structural
                        Teori fungsionalisme structural adalah suatu teori sosiologi yang terhimpun dalam paradigma fakta sosial. Tokoh utama paradigma fakta sosial adalah Emile Durkhelm dua karya terkenalnya adalah The Rules of Sosiological Method(1895) dan Suicide(1897) yang merupakan model dari paradigm ini.
      Fakta sosial itu terdiri dari struktur sosial dan pranata – pranata sosial. Struktur sosial menggambarkan jaringan hubungan sosial dimana interaksi sosial berproses dan menjadi terorganisasi. Sementara itunorma – norma sosial serta pola – pola nilai sosial dalam masyarakat dikenal sebagai pranata – pranata sosial. Fakta sosial dapat terwujud berupa kelompok, system sosial, posisi sosial, peranan - peranan sosial, norma – norma, nilai – nilai, adat istiadat, keluarga,  pemerintahan dan lain sebagainya. Fakta sosial itu mengandung ciri –ciri utama, yakni bersifat umum(general), eksternal dan memaksa(coercion). Maksud bersifat umum adalah keberlakuannya tidak hanya untuk perorangan melainkan berlaku umum untuk komunitas. Bersifat memaksa(coercive)adalah memaksa setiap orang untuk member arti seperti kesepakatan seluruh komunitas pengguna bahasa itu dan tidak boleh member arti sendiri-sendiri. Sedangkan bersifat eksternal adalah eksistensinya berada diluar eksistensi individu.
      Horton dan Hunt dalam sosiologi menjelaskan bahwa perspektif fungsionalisme structural itu memiliki sejumlah asumsi yang digunakan untuk memahami masyarakat. Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Corak perilaku timbul karena secara fungsional bermanfaat.
  2. Pola-pola prilaku timbul untuk memahami kebutuhan dan hilang apabila kebutuhan berubah.
  3. Perubahan sosial dapat mengganggu keseimbangan masyarakat yang stabil, namun setelah itu akan terjadi keseimbangan baru.
  4. Nilai atau kejadian pada suatu waktu atau tempat dapat menjadi fungsional atau difungsional pada saat dan tempat yang berbeda.
  5. Para fungsionalis mengajikan pertanyaan, misalnya bagaimana nilai praktek, nilai lembaga ini membantu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bagaimana hal tersebut bersesuaian dengan praktek serta lembaga yang diusulkan akan bermanfaat bagi masyarakat.  

B.     Teori Interaksionisme Simbolik
                  Teori interaksionalisme simbolik adalah salah satu teori yang termasuk dalam paradigm definisi sosial. Tokoh paradigma ini adalah Max Weber dimana karya-karyanya, terutama The Strukture of Social Action menjadi model paradigma ini. Weber dengan definisi sosialnya lebih menekankan perhatiannya pada proses pendefinisian realitas sosial, dan bagaimana orang mendefinisikan situasi, baik secara intrasubjektif sehingga melahirkan tindakan-tindakan tertentu sebagai akibatnya.
Teori interaksionisme simbolik yang merupakan tindakan manusia dalam menjalin interaksinya dengan sesama anggota masyarakat. Penjelasan-penjelasan teoritik itu selalu asumsi itu dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.      Makhluk manusia bertindak kea rah berbagai hal atas dasar makna yang dimiliki hal-hal itu bagi mereka.
2.      Makna hal-hal tersebut muncul dari interaksi sosial antara seseorang dengan kawannya.
3.      Makna hal-hal itu diambil dan dimodifikasi melalui sebuah proses interpretative yang digunakan perorangan dalam hubungannya dengan hal-hal yang dihadapinya.
Helbert Blumer mengatakan ada tiga prinsip utama asumsi atau premis interaksionisme simbolik yaitu :
  1. Manusia bertindak terhadap suatu benda, kejadian atau fenomena tertentu atas dasar makna yang dimiliki benda, kejadian atau fenomena itu bagi mereka.
  2. Makna suatu benda, kejadian atau fenomena muncul sebagai hasil interaksi sosial manusia satu dengan yang lainnya.
  3. Makna suatu benda, kejadian atau fenomena tidak melekat pada benda, kejadian atau fenomena itu sendiri, melainkan tergantung pada orang-orang yang terlibat dalam interaksi itu dan makna itu dimodifikasi dalam proses interpretasi yang digunakan oleh seseorang untk menghadapi benda, kejadian atau fenomena baru lainnya.
      Perspektif ini berpendapat bahwa manusia itu merupakan makhluk kreatif dan dapat menerjemahkan symbol-simbol yang diterimanya. Anggota masyarakat dapat memberi makna yang berbeda-beda ketika mendengarkan dakwah seseorang.

C.    Teori Pertukaran
      Teori pertukaran (Exchange Theory) merupakan salah satu teori sosiologi yang bernaung dibawah paradigma perilaku sosial. Tokoh paradigma perilaku sosial adalah B.F. Skinner dengan karya tulis untuk menuangkan teorinya itu Beyond Freedom And Dignity.
      Teori pertukaran sosial ini tampak sangat menekankan pertimbangan untung rugi bagi interaksi sosial antara seseorang dengan orang lain dalam masyarakat.
Asumsi-asumsi yang mendasari teori perilaku sosial adalah sebagai berikut :
  1. Manusia pada dasarnya tidak mencari keuntungan maksimal tetapi mereka selalu ingin mendapatkan keuntungan dari interaksi dengan orang lain.
  2. Manusia tidak bertindak secara rasioanal sepenuhnya tetapi dalam setiap interaksinya dengan manusia cenderung berpikir untung rugi.
  3. Meski tidak memiliki informasi yang mencakup semua hal sebagai alasan untuk mengembangkan alternative, tetapi manusia setidaknya memiliki informasi, meski terbatas yang dapat dipakai untuk mengembangkan alternative guna memperhitungkan untung rugi yang mungkin timbul.
  4. Manusia selalu berada dalam keterbatasan namunmereka tetap berkompetisi untuk mendapatkan keuntungan dalam transaksi dengan manusia lain.
  5. Meski manusia selalu berupaya untuk mendapat keuntungan dari hasil interaksinya dengan manusia lain. Tetapi mereka dibatasi oleh sumber daya yang tersedia.
  6. Manusia berusaha mendapatkan hasil dalam bentuk materi, namun mereka juga akan melibatkan dan menghasilkan sesuatu yang bersifat non materi, misalnya emosi perasaan, suka dan sentimental.
Para tokoh teoritis pertukaran sosial menyatakan bahwa ada lima bentuk dasar dari perilaku sosial yang dapat dirumuskan dalam bentuk proposisi sebagai berikut :
Ø  Proposisi pertama, disebut dengan psoposisi sukses. Yang mengungkapkan bahwa semakin sering suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang itu mendatangkan ganjaran atau tanggapan positif dari orang lain maka makin besar kemungkinan tindakan yang serupa akan dilakukan oleh orang yang bersangkutan.
Ø  Proposisi kedua, adalah proposisi stimulus yang mengandung pengertian bahwa jika suatu stimulus (dapat berupa kejadian)tertentu telah merupakan kondisi yang dapat mendatangkan ganjara atau tanggapan yang positif dari pihak lain. Maka semakin besar kemungkinan seseorang akan melakukan tindakan seperti yang pernah dilakukan ketika menghadapi stimulus yang serupa dengan yang sedang dia dihadapi sekarang.
Ø  Proposisi ketiga atau proposisi nilai, proposisi ini merupakan kombinasi dari psoposisi sebelumnya dan disebut juga dengan proposisi rasional. Makna yang terkandung  dari proposisi rasionalitas adalah semakin bernilai bagi seseorang tindakan yang pernah dia lakukan maka akan semakin besar kemungkinan akan diulanginya kembali tindakan-tindakan serupa agar mendatangkan nilai yang berarti pula bagi dirinya.
Ø  Proposisi keempat adalah proposisi deprivasi-satrasi yang memiliki makna bahwa semakin sering seseorang menerima ganjaran yang istimewa bagi tindakan yang dilakukannya. Maka semakin kurang bermakna ganjaran-ganjaran yang diterima berikutnya.
Ø  Proposisi kelima adalah proposisi persetujuan-perlawanan. Proposisi ini mengandung makna, pertama, jika tindakan seseorang tidak mendapatkan ganjaran sebagaimana yang diharapkan, atau sebaliknya yaitu memperoleh hukuman yang tidak dia harapkan, maka dia akan marah, melawan atau pun melakukan tindakan-tindakan agresif lainnya. Akibat yang timbul dari tindakan amarah tadi, justru dianggap lebih berharga / lebih bernilai baginya. Makna kedua dari proposisi ini adalah jika tindakan seseorang mendatangkan ganjaran seperti yang ia harapkan atau bahkan lebih besar atau tidak mendatangkan hukuman sebagaimana yang ia duga dan harapan, maka ia akan merasa senang.







BAB III
Dakwah sebagai Rekayasa Sosial
            Dalam upaya mempengaruhi masyarakat untuk berubah, kegiatan dakwah dapat diartikan sebagai rekayasa sosial. Dalam hal ini seorang da’I sebagai change agent dapat melakukan dakwah dengan bermacam-macam bentuk ajakan, sesuai dengan fungsi dakwah sebagai berikut:

A.    Dakwah sebagai Ajakan
Dakwah yang semuala hanya berarti memanggil atau mengajak kepada sesuatu, dalam pengertian khusus berarti mengajak ke jalan Allah. Artinya mengajak seseorang atau kelompok orang untuk berislam,memeluk agam islam dan mengamalkannya. Dakwah berarti mengajak kepada seseorang atau sekelompok orang dari suatu situasi lain yanglebih baik dalam pengertian menjadi lebih islami.
Dakwah merupakan ajakan atau seruan untuk mengajak seseorang atau sejumlah orang untuk mengikuti dan mengamalkan ajaran dan nilai-nilai islam. Dalam beragama itu seperti orang menuntut ilmu, dalam beragama ada yang hanya sekedar mengaku beragama islam, ada yang baru mengucapkan kalimat syahadat, ada yang sudah menjalankan sebagian dari pokok-pokok ajaran islam, ada yang jauh lebih mendalam bahkan sampai zuhud dan sanggup berjihad bi al amwal bi al anfus.
Yang di dakwahi adalah siapa saja termasuk ustadz, ulama, kiai, mubaligh, zuama, pemimpin dll yang sedang lupa atau imannya sedang menurun. Karena kualitas seseorang itu tidak selalu konsisten (tetap), kadang-kadang imannya naik, kadang-kadang turun.

B.      Dakwah sebagai Proses komunikasi
Dakwah juga dapat dipahami sebagai proses komunikasi (tabligh), setiap muslim, seperti Nabi saw, disuruh berkomunikasikan jaran islam, betapapun pengetahuannya tentang islam masih sangat sedikit.komunikasi itu dapat terjadi secara lisan, maupun tulisan. Cara komunikasi bisa langsung dan tidak langsung. Komunikasi langsung juga dapat terjadi individual maupun masal, melalui forum-forum, pengajian, dialog, integrasi sosial, jemaah, silaturahmi, face to face dll. secar face to face, komunikasi tidak langsung dapat juga melalui media cetak, media elektronik maupun lainya.
Sifat  komunikasi juga bermacam-macam. Ada yang persuasive, edukatif, dsb. Dalam komunikasi dakwah harus dihindarkan komunikasi yang sifatnya pemaksaan. Karena hal itu bertentangan dengan ajaran dan nilai-nilai islam.
Dalam komunikasi itu selain terjadi transformasi biasanya diikuti proses internalisasi iman dan islam, pengamalan, pentradisian ajaran dan nilai-nilai islam serta perubahan keyakinan, sikap dan perilaku manusia. Perunahan keyakinan, sikap dan perilaku itu terjadi setelah ada proses komunikasi dan transformasi ajaran dan nilai-nilai itu.

C.    Dakwah sebagai Penyebaran Rahmat Alloh
      Dakwah juga berarti penyebaran rahmat (cinta kasih) pada sesame manusia bahkan pada sesama makhluk seluruh alam. Alloh menurunkan agama islam ini sebenarnya merupakan wujud cinta kasih (rahman dan rahim) Nya, agar manusia hidupnya di dunia baik (hasanah) dan selamat di akhirat (hasanah). Dakwah diperintahkan agar orang-orang yang didakwahi itu hidupnya baik di dunia (hasanah fid dunya, yakni cukup rezeki, sehat, damai dsb) dan di akhirat (hasanah fil akhirati, yakni bebas dari neraka dan masuk surga).

D.    Dakkwah sebagai Pembebasan
            Islam mengandung ajaran atau petunjuk tentang bagaimana membebaskan diri dari belenggu dengan alam, materi,dan budaya atau tradisi. Bagaimana membebaskan diri dari kebodohan, bagaimana melepaskan diri dari kebekuan berpikir, bagaimana melepaskan diri dari kemiskinan, bagaimana melapaskan diri dari kemalasan.
            Surat Al-alaq adalah pembebasan dari kebekuan berpikir atau pencerahan manusia. Surat tersebut menjelaskan bahwa  posisi manusia adalah sangat tinggi yaitu langsung di bawah Alloh dan di atas makhluk-makhluk lainnya. Surat Al-ikhlas yang merupakan surat yang menegaskan pengakuan Alloh sebagai satu-satunya Dzat yang perlu diImani dan di sembah, sekaligus membebaskan manusia dari belenggu syirik.
            Surat Al-maun merupakan surat yang membebaskan manusia dari egoism. Yang menharuskan setiap muslim untuk memperhatikan orang-orang lemah atau dhu’afa dan menguatkan terhadap mereka yang meingatkan setiap muslim bahwa tanpa itu Mereka hanya menjadi pendusta agama.dakwah juga berarti membebaskan manusia dari kebodohan. Karena itu ajaran islam menganjurkan agar manusia selalu berpikir dan menuntut ilmu. Dalam hal ini dakwah berarti pemberadapan (civilization). Yakni dengan menganjurkan dan memerintahkan untuk selalu berpikir dan belajar mendorong seseorang atau masyarakat untuk menjadi manusia atau masyarakat yang berperadapan. Karena peradapan hanya bisa di bangun melalui moral dan ilmu pengetahuan (QS, al-mujadalah:11)
            Ada tiga pendekatan islam dalam memberantas kemiskinan. Pertama, pesan islam antar lain mendorong manusia untuk mencari rezeki Alloh (fadlullah)(QS. 62, al-Jum’ah:10) tidak melupakan kehidupan dunia (QS.28, al Qashash:77). Dengan pesan ini penganut islam dicegah agar tidak jatuh pada kemiskinan. Kedua, perintah untuk membebaskan orang lain dari kekurangan materi antara lain adalah perintah infak, zakat, shodaaqoh dll. Dalam QS.107, al- Ma’un  Alloh memerintahkan manusia untuk membebaskan penderitaan orang lain dengan member makan kepada orang miskin, menyantuni anak yatim. Ketiga, dengan mengancam orang yang tidak memanfaatkan harta kekayaan Alloh untuk kepentingan orang bannyak, karena harta mempunyai nilai sosial.
            Surat at-Takatsur mengancam orang yang hidup bermewah-mewah. Pertama,, karena dengan hidup bermewah-mewah orang dapat melupakan Tuhan dan melupakan sesama manusia. Kedua, dengan bermewah-mewah orang cenderung menjadi malas. Ketiga, dengan hidup bermewah-mewah orang akan dapat kehilangan kemanusiaannya dan menjadi egois. Keempat, dengan bermewah-mewah dapat menimbulkan kecemburuan dan bahkan dapat berkembang menjadi sumber kkonflik.

E.     Dakwah sebagai penyelamat
      Dakwah juga berarti penyelamatan manusia dari berbagai hal yang mungkin timbul atau yng telah terjadi yang merugikan manusia. Dakwah dalam pengertian pencegahan atau sering disebut nahi mungkar adalah menjaga agar manusia tidak terp[erosok ke dalam kesalahan atau dosa dan tidak mengalami degradasi kemanusiaan. Orang yang berbuat kesalahaan atau dosa sebenarnya sedang mengalami degradasi kemanusiaan. Artinya nilai-nilai kemanusiaan yang ada pada dirinya menurun, berkurang dan bahkanbisa hilang. Karena itu orang yang kehilangan niali-nilai kemanusiaan perilakunya dapat menjadi seperti binatang ternak (kal-an’am) bahkan menjadi rendah lagi (adhallu) dan pada tingkatan yang paling rendah lagi menjadi yang di sebut asfala safilin.
      Sebaliknya orang yang melakukan tindak kejahatan. Ia telah merusak peradapan. Orang yang senantiasa melakukan tindak kejahatan tidak member kontribusi bagi peradapan manusia tetapi justru menyebabkan peradapan manusia menjadi merosot. Dengan di dakwahi, tindakan-tindakan kejahatan,tidak jujur,pendendam bisa dicegah dan itu berarti manusia bisa diselamatkan dari berbagai tindakan buruk. Dengan demikian dakwah berarti juga berarti penyelamatan manusia.
      Dalam bahasa al-Qur’an dikatakan bahwa orang yang beriman dan berilmu akan diangkat kepada kedudukan yang tinggi. Kenyataan memang seringkali membuktikan bahwa orang-orang yang memperoleh kedudukan tinggi adalah yang bermoralitas, dedikasi,integritas, komitmen dan kepakarannya tinggi. Dengan demikian dakwah dapat dikatakan sebagai bentuk dan upaya membebaskan manusia dari berbagai penderitaan dan kondisi-kondisi negative dan dari siksa di akhirat.

F.     Dakwah sebagai Upaya Membangun Peradapan 
   Seperti yang tela dikemukakan, manusia dicipatakan Allah swt untuk menjadi khalifah (wakil tuhan) dimuka bumi. Sebagai khalifah seharusnya manusia mengikuti konsep dan kebijakan yang diwkilinya. Konsep dan kebijakan itu terdapat dalam al-Qur’an. Sebagai wakil Allah manusia juga seharusnya memiliki ahklak yang mulia seperti ahklak Nya. Maksudnya, manusia harus memiliki ilmu, sebab Allah itu maha mengetahui. Manusia harus kreatif, kerena Allah itu maha kreatif. Manusia harus mencintai sesama, karena Allah itu maha penyayang, manusia harus pemaaf, karena Allah itu maha pengampun. Manusia harus berupaya menjadi kaya, karena Allah itu maha penganpun. Manusia harus berupaya menjadi kaya, kerena Allah itu maha kaya. Manusia harus adil, karena Allah itu maha adil.
















BAB IV
DAKWAH DAN PERUBAHAN SOSIAL
            Fungsi dakwah dapat dikatakan bahwa merupakan kegitan yang memberikan persuasi dan bersifat persuasif. Dakwah merupakan pembicaraan yang memiliki prinsi-prinsip tertentu, yang perlu dirancang dengan cermat, keren dimaksudkan untuk mempengaruhi pikiran, sikap, dan tindakan orang lain. Yang sangat dituntut dalam pembicaraan informative dan persuasif adalah kemampuan dan kredibilitas si pembicara. Kemampuan menetapkan dan menetapkan strategi yang jitu untuk menarik simpati khayalak pendengarmenempati posisi yang sangat penting. Jika kondisi tersebut telah dikuasai, maka khayalak pendengar akan dengan senang hati dan bahkan merasa perlu untuk melakukan hal-hal yang sebagaimana yang diharapan oleh pembicara.

A. Cara Kerja Menyampaikan Informasi (Pembicaraan Informative)
Ø  Prinsip-prinsip Pembicaraan Informatif
1.Batasi Jumlah Informasi
      Jika anda bermasud bercakap cakap dengan rekan anda atau orang lain, batasilah jumlah informasi kepada mereka
2.Tekanlah Manfaat
      Yang terpenting adalah bahwa didalam pembicaraan anda kepada mereka itu haruslah menekankan manfaat dari informasi tersebut bagi tujuan atau kebutuhan mereka.
3.Kaitkan Informasi Baru Dengan Yang Lama
      Kawan bicara anda akan lebih mudah mencerna informasi dan akan mengingatnya lebih lama apabila anda mengaitkan dengan hal-hal yang mereka ketahui. Apabila anda ingin menguraikan bagaimana rupa atau bentuk sesuatu yang baru, bandingkanlah dengan sesuatu yang mirip.
4.Sajilkan Informasi Melalui Beberapa Alat Indra
      Para pendengar atau pun kawan bicara anda akan mengingatkan dengan baik informasi yang mereka terima melalui beberapa alat indera, misalnya pendengar, penglihat, pencium, pengecap dan peraba.
5.Variasikan Tingkat Abstraksi
      Dalam pembicaraan informative anda akan memusatkan pada pendemontrasian dan pendefisikan berbagai istilah dan proses. Anda mungkin melkakukan ketiga hal ini dalam satu pembicaraan atau mungkin anda memusatkan keseluruhan pembicaraan anda pada deskripsi, demontrasi dan defnisi saja. Berikut ini contoh masing-masing dari ketiga macam pembicaraan itu:
1. Pembicaraan Deskripsi
   Dalam pembicaraan deskripsi, anda mencoba menjelaskan obyek atau orang tertentu, kejadian atau proses tertentu.
2. Strategi Untuk Penguraian
Berikut ini contoh untuk menguraikan obyek dan orang, peristiwa dan proses:
a.  Guna pola special atau topical apabila anda hendak menguraikan obyek dan orang. Gunakan pola temporal apabila hendak menguraikan peristiwa dan proses.
b. Gunakan beragam kategori deskripsi untuk menguraikan obyek atau peristiwa.
c.  Pertimbangan penggunaan alat Bantu audiovisual.
d.                   Kita juga perlu mempertimbangkan pola jurnalistik dalam membuat  laporan berita siapa, apa, dimana, kapan dan mengapa.
   3. Mengembangkan Pembicaraan Deskriptif
Uraian dibawah ini menggambarkan bagaimana  anda dapat menyusun pembicaraan deskritif. Melalui contoh ini, pembicara menguraikan 4 langkah dalam membaca sebuag buku agama. Setiap butur utama merupakan salah satu langkah utama . pola pemikirannya dalah temporal. Pembicaraan membahas butir-butir  utama menurut urutannkejadian.
            Pembicaraan Mengenai Definisi
            Definisi adalah pernyataan tentang makna suatu konsep atau istilah. Gunakan definisi apabila anda ingin menjelaskan konsep yang sulit atau belum dikenal atau apabila anda ingin membuat suatu konsep lebih hidup atau menarik.
1. Strategi untuk Mendefinisikan
a.  Gunakan beragam definisi
b. Pastikan definisi itu menambahkan kejelasan
c.  Gunakan sumber yang dipercayakan dalam mendefinisikan
d.                         Mulai dari apa yang dikenal atau diketahui jamaah
2.      Mengembangkan Pembicaraan Tentang Definisi

Pembicaan Demonstrasi
      Dalam menggunakan demonstrasi ( atau dalam pembicaraan yang sepenuhnya ditunjukan untuk demonstrasi ), anda akan memperlihatkan sesuatu atau bagaimana sesuatu itu berlangsung.
a        Strategi Untuk Demonstrasi
      Dalam mendemostrasiakan cara melakukan sesuatu perlu diperhatikan beberapa panduan sebagai berikut:
a.       Gunakan pola organisasi temporal (dalam banyak hal).
b.      Sajikan gambaran umum dan kemudian bicarakan.
c.       Gunakan alat Bantu visual yang memperlihatkan langkah-langkah proses secara berurutan.
            b. Mengembangkan Pembicaraan Demontrasi
      Pembicaraan demokrasi dimana pembicara mendemontrasikan bagaimana mendengarkan secara aktif. Sasaran spesifik: mendemontrasikan tiga teknik secara aktif. Tesis : kita dapat mempelajari cara mendengarkan secara aktif
a.       Menafsirkan maksud pembicara
b.      Menyatukan pengertian atas perasaan pembicara
c.       Mengajukan pertanyaan
Mengamplifikasi Bahan
Dalam hal ini ada bebecara untuk menjelaskan pokok-pokok bahasan yaitu:
a.       Contoh dan Ilustrasi
            Contoh dan ilustrasi adalah hal-hal spesifik yang dijelaskan secara rinci. Hal spesifik yang relative singkat adalah contoh. Contoh dan ilustrasi bermanfaat apabila anda ingin membuat kongkret konsep yang abstrak
b.      Menggunakan Contoh dan Ilustrasi
            Ajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang contoh dan ilustrasi anda. Apakah contoh atau ilustrasi itu bersifat tipikal atau representative?
a.       gunakan contoh-contoh yang representative bagi kelompok obyek yang anda    bicarakan.
b.      Gunakan contoh yang terkait langsung dengan proporsisi yang ingin anda jelaskan.



BAB V
SOSIOLOGI UMAT DAN DAKWAH
Massa dan Aspek-Aspeknya
            Massa itu sendiri, menurut denis Mcquaill, merupakan konsep yang ambivalen dan memiliki banyak konotasi. Selanjutnya dia mengatakan bahwa dalam ilmu sosial, sejak dulu hingga sekarang kata massa memiliki makna positif dan negative secara tegas. Makna negatifnya menurut sejarah berasal dari pemakaian kata massa dalam kaitan dengan kerumunan orang banyak. Dalam konteks ini kata massa arti tidak memiliki budaya, kecakapan, dan bahkan rasionalitas. Sementara itu pengertian positifnya, mengandung konotasi kekuatan dan solidaritas dikalangan kelas pekerja. Kekuatan dan solidaritas muncul ketika para pekerja itu diarahkan untuk mencapai tujuan yang kolektif.
Dakwah dan Khalayak Massa
            Untiuk menjelaskan fungsi dakwah sebagai komunikasi informal dan khalayak massa dari perspektif sosiologis, dapat dikemukakan beberapa contoh studi sosiologis yang berisi inforrmasi tentang komunikasi massa sebagai proses sosial.pertama akan dikemukakan.
      Komunikasi informasi dan khalayak massa
      Dalam rangka menjelaskan komunikasi informal dan khalayak massa dari perspektif sosiologis ini Charles R. Wright menurunkan beberapa contoh studi sosiologis yang berisi informasi tentang komunikasi massa sebagai proses sosial. Pertama, akan dibicarakan tiga penelitian perintis tentang pemuka pendapat (opinion leader), dan hubungan antara pemuka pendapat dengan media massa.
1.      Para Pemuka Pendapat Dalam Kampaye Pemelihan Umum
      Charles R. Wright menuturkan bahwa, pengakuan sosiologi pertama tentang pentingnya individu dalam menjebatani media massa dan public pada umumnya merupakan bagian dari studi perintis mengenai perilaku memilih yang dilakukan o;eh lanzarsfeld dan kawan-kawan selama kampaye presiden ditahun 1940. tinjauan tentang sebagian latar belakang studi ini memberikan suatu perspektif atas penelitianberikut mengenai pemuka pendapat.
      Everett M Rogers juga menyebutkan bahwa, peneliy\tian komunikasi dalam 25 tahun terahir ini telah banyak mengam,bil maanfaat dari pengguna model komunikasi dua tahap. Pada saat yang sama penelitian  ini telah menunjukkan pula beberapa kelemahan dalam model komunikasi dua tahap. Ada enam kelemahan model komunikasi dua tahap yaitu:

a.       model tersebut menyatakan bahwa individu yang akatif dalam mencari informasi hanya pemuka pendapat, sedangkan para anggota masyarakat pada umumnya pasif.
b.      pandangan bahwa proses komunikasi massa p[ada hakikatnya dua tahap, ternyata membatasi proses analisis sebab proses komunikasi dapat terjadi dalam dua tahap atau lebih.
c.       Model komunukasi dua tahap menunjukkan betapa tergantungnya pemuka pendapat akan informasi pada media massa
d.      Penelitian tahun 1940, yang menhasilkan model komunikasi dua tahap, mengabaikan perilaku media massa berdasarkan “waktu” ide baru.
e.       Berbagai saluran komunikasi berperan dalam berbagai tahap peneruimaan inovasi dan pengambilamn keputusanpemisahan audience atas pemuka pendapat dan masuyarakat pengikut (follower) dilakukan oleh model komunikasi dua tahap

2.      Pola-Pola Pengaruh Disebuah Kota Kecil
      Merton dan teman-temannya telah membuat suatu penemuan penting yang telah memperluas penegrtian kita mengenai pemuka pendapat pada umumnya dan mengenai ruang lingkup diantara mereka dengan komunikasi massa pada khususnya. Penemuan itu telah menjadi bukti bahwa konsep keseluruhan mengenai influentials (orang-orang yang berpengaruh) tidak cukup spesifik, karena tidak satu corak tampak pada pemuka pendapat dikota tersebut. Merton telah  mengidentifikasi para pemuka pendapat  iini sebagai local influentials (tokoh local) dan cosmopolitan enfluentils (tokoh kosmopolotan)

3.      Pengaruh Personal Dikota Yang Lebih Besar
            Ada empat permasalahan yang menarik Elihu Kaatz dan paul Lazarsfeld:
1. Mereka tertarik untuk menetapkan dampak pengaruh personal dibandingkan dengan dampak media massa
2. Mereka telah meneliti karaasteristik yang telah membedakan pemuka pendapat dari orang-orang yang buka pemuka pendapat dalam keempat bidang ini.
3. Mereka meneliti arus pengaruh (the flow influence)
4. Mereka telah mempelajari bagaimana pengaruh personalberkaitan dengan media massa
      Wright mengatakan, daripada membuat tinjauan penelitian yang komperhensif(suatu tugas yang jauh melebihi ruang lingkup bab ini), kami akan memilih babarapa penelitian mutahir atau bidang penelitian yang merupakan contoh dari wawasan sosiologis yang sedang berkembang mengenai hubungan pengaruh personal dengan komunitas personal dengan komunikasi massa.

4.      Pencarian Pendapat, Pengindaran dan Kepemimpinan Pendapat
      Para pencari pendapat (opinion seekers) berbeda dari para pendapat (opinion avoiders) dalam tingkat minat meraka pada topic dan pokok-pokok yang terkait itu (tetapi tidak pada persoalan yang lain) dan dalam hal terapan media massa yang sangat mungkin relevan dengan topic tersebut (tetapi terpaan pada media lain). Pencarian pendapat adalah peserta  yang aktif dalam system komunikasi, mereka bukan hanya memberi pandangan sejawatnya tetapi juga lebih banyak menggunaka media komunikasi lainnya. Banyak para pencari pendapat ini pada gilirannya berfungsi sebagai pemuka pendapat bagi orang lain. Sebaliknya penghindar pendapat relative terisolasi dari arus komunikasi menngenai suatu persoalan tertentu.

5.      Studi Interpersonal Tentang Pembuatan Pendapat (opinion makers)
      Para pembaca pendapat ini cenderung membaca lebih banyak dan mendengar lebih banyak tentang komunikasi. Dengan demikian, para wartawan dan editor media massa serta politikus dan juru bicara kelompok yang berkepentingan, yang pertanyaan-pertanyaannya muncul dalam media, dapat dipandang sebagai para opinion maker (pembuat pendapat) bagi pemuka pendapat local yang kemudian mempengaruhi orang-orang lain. Proyek penelitian secara jelas telah menunjukkan baik kelayakan maupun nilai pendekatan tersebut. Laporan penemuan terdahulu mencakup hal yang luas, termasuk informasi mengeanai batas-batas consensus tentang masalah kebijakan ekonomi dan luar negeri diantara para pemimpin amerika.

6.      Adopsi Dan Difusi Inovasi
      Selama bertahun-tahun para sosiolog telah tertarik untuk mempelajari adopsi bermacam-macam inovasi dalam bidang pertanian, praktik kesehatan, perihal konsumen, praktik keluarga berencana, dan berbagai bidang kehidupan lainnya. Misalnya, saja sejak tahun 1920-an, tetapi terutama  sekeli tahun 1940-an, para ahli sosiologi pedesaan telah mempelajari masalah tentang bagaimana inovasi teknologi dipelajari dan dipakai oleh para petani. Selam adopsi inovasi (dalam bidang pertanian, atau dalam bidang kehidupan lainnya) menghadapi penerimaan secara sukarela oleh individu, ia memiliki cirri-ciri yan sama dengan proses pengambilan keputusan oleh individu mengenai hal-hal lain seperti pemberian suara dalam pemilu.

7.      Bagaimana Berita Menyebar
   Penelitian mengenai bagaimana orang mengetahui peristiwa-peristiwa berita yang penting atau rytin telah menambah pengetahuan kita mengenai beberapa hal, seperti media manakah yang memberikan informasi awal dan informasi tambahan, berapa lamakah waktu yang dibutuhkan agar berita menyabar keberbagai lapisan masyarakat, dan apakah peranan kontak proses komunikasi ini.

           


1 komentar: